Baranda

Diposting pada

UN Highlights Femicides

30 November 2024 Diperbarui 4 jam yang lalu

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyoroti kekhawatiran yang mendalam mengenai peningkatan kasus femisida di berbagai belahan dunia. Fenomena ini mengacu pada pembunuhan yang dilakukan terhadap perempuan karena jenis kelaminnya, sering kali diiringi dengan pola kekerasan berbasis gender yang sistematis. Laporan terbaru dari lembaga-lembaga PBB menyoroti data mengejutkan tentang jumlah korban, penyebab utama, dan upaya global untuk menangani masalah ini.

Apa Itu Femisida?

Femisida lebih dari sekadar pembunuhan perempuan. Istilah ini merujuk pada tindakan kekerasan yang didasarkan pada kebencian, diskriminasi, atau dominasi terhadap perempuan. Femisida sering terjadi di lingkungan domestik, tetapi juga dapat terjadi di ruang publik. Contohnya meliputi:

  • Pembunuhan oleh pasangan intim.
  • Pembunuhan sebagai akibat perdagangan manusia.
  • Kekerasan dalam konteks konflik bersenjata.

Data Global Mengenai Femisida

PBB memperkirakan bahwa lebih dari 45.000 perempuan dan anak perempuan dibunuh oleh pasangan atau anggota keluarga pada tahun 2022 saja. Jumlah ini mencerminkan fakta bahwa rumah sering kali menjadi tempat paling tidak aman bagi perempuan. Selain itu, laporan menunjukkan:

  • 40% kasus femisida tidak dilaporkan atau tidak terungkap karena ketakutan akan stigma sosial.
  • Negara-negara berkembang mencatat tingkat femisida yang lebih tinggi akibat kombinasi norma budaya, kurangnya hukum yang kuat, dan ketidakmampuan penegakan hukum.
  • Konflik bersenjata memperburuk situasi, dengan perempuan sering menjadi sasaran kekerasan seksual dan pembunuhan.

Penyebab Femisida

Ada banyak faktor yang memicu femisida, di antaranya:

  1. Ketidaksetaraan Gender
    Ketimpangan dalam akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak legal sering kali memperkuat norma-norma patriarkal yang menempatkan perempuan dalam posisi subordinat.
  2. Kekerasan dalam Rumah Tangga
    Kekerasan fisik dan emosional di rumah sering kali meningkat menjadi pembunuhan. Banyak korban tidak memiliki akses ke dukungan atau tempat perlindungan.
  3. Budaya Impunitas
    Di banyak negara, pelaku kekerasan terhadap perempuan tidak dihukum, menciptakan rasa aman bagi pelaku untuk terus melakukannya.

Upaya PBB untuk Memerangi Femisida

PBB telah mengambil berbagai langkah untuk menangani femisida, termasuk:

  • Peningkatan Kesadaran
    Melalui kampanye seperti Orange the World, PBB mendorong komunitas global untuk memahami dan melawan kekerasan berbasis gender.
  • Hukum Internasional
    Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) menjadi kerangka kerja untuk memastikan bahwa pemerintah-pemerintah di dunia mengadopsi langkah-langkah pencegahan yang konkret.
  • Mitra Global
    Badan-badan seperti UN Women, UNODC, dan UNICEF bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga hukum untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

Kisah Nyata dan Suara Para Penyintas

Laporan PBB sering kali menyertakan cerita dari penyintas untuk memberikan wajah manusiawi pada statistik. Salah satu contohnya adalah kisah Ana dari Meksiko, yang selamat dari percobaan pembunuhan oleh mantan suaminya. Dia kini menjadi aktivis yang memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendesak reformasi hukum di negaranya.

Tantangan yang Masih Dihadapi

Meskipun ada kemajuan, banyak tantangan tetap ada:

  • Ketidakseimbangan Data: Kurangnya data yang konsisten membuat sulit untuk mengukur dampak nyata dari kebijakan yang diimplementasikan.
  • Budaya Patriarki: Di beberapa masyarakat, norma-norma budaya masih mendukung subordinasi perempuan.
  • Sumber Daya Terbatas: Lembaga-lembaga hukum dan sosial sering kali kekurangan dana dan pelatihan untuk menangani kekerasan berbasis gender secara efektif.

Baca Selengkapnya…